MENGENANG 151 TAHUN BERDIRINYA
PALANG MERAH
8 MEI 1863 – 8 MEI 2014
OLEH DANA BUDIHADI
Sepanjang
sejarah keberadaan peradaban manusia, silang pendapat tidak bisa dihindari.
Dari yang terkecil yang bersifat individu, sedang/kelompok, sampai yang besar
yang melibatkan negara. Kalau sudah melibatkan antar bangsa, maka perang sering
menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Akibatnya timbulah ribuan korban
baik luka maupun meninggal dunia. Dari perang ini pulalah sejarah berdirinya
Palang Merah bermula.
Mengenang
berdirinya Palang Merah tidak bisa dipisahkan jasa 2 orang tokoh dunia. Mereka
adalah FLORENCE NIGHTINGALE dan JEAN HENRY DUNANT.
FLORENCE NIGHTINGALE
adalah putri seorang bangsawan inggris yang lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Villa La Columbaia di Florence.
Sejak kecil jiwanya tertarik kepada kehidupan orang-orang miskin disekitarnya.
Walupun orang tuanya kaya raya dan hidup mewah dilingkungan istana, tetapi
Florence Nightingale selalu berada ditengah-tengah penderitaan masyarakatnya.
Ia suka menolong kepada sesamanya. Pekerjaan perawat sangat disenanginya
walaupun pada waktu itu dianggap sebagai pekerjaan yang hina. Kalangan
bangsawan inggris menjadi gempar mendengar Florence
Nightingale menyeburkan diri dalam lapangan pekerjaan yang dianggap hina
ini. Berbagai rintangan dan hinaan dialami Florence Nightingale
tetapi ia tetap memilih lapangan pekerjaan perawat yang diyakini mulya dan
suci.
tahun 1854 pecah perang crimea antara Inggris dan Perancis melawan Rusia. Banyak prajurit yang luka tidak
mendapat perawatan. Bahkan banyak pula yang meninggal dunia. Diantara mereka
banyak terjangkit penyakit menular , bahkan banyak yang mati akibat menahan
rasa dingin dan kelaparan. Rakyat inggris diserukan untuk memberikan
pertolongan. Florence Nightingale
segera memenuhi panggilan tersebut. Pada tanggal 21 Oktober 1854 berangkatlah
ia disertai 38 perawat pembantunya sebagai relawan kemedan pertempuran di Crimea
untuk menolong prajurit yang luka dan sakit. Dalam situasi yang tegang dan
penuh bahaya, Florense Nightingale mendirikan Rumah Sakit Darurat untuk
menampung ribuan penderita yang luka dan sakit akibat perang.
Florence Nightingale
dan kawan-kawan menenuaikan tugas berat itu dengan semangat pengabdian yang
luar biasa serta pengorbanan yang mengagumkan. Semua yang mendengar tentang
usahanya tersebut menaruh rasa hormat dan memberikan bantuan secara sukarela. Karena
kemauan yang tinggi dan watak yang keras, walaupun dalam keadaan lelah dan
sakit, ia tetap bertekad besar dan tidak kenal menyerah menyelesaikan
tugas-tugasnya. Setiap malam dengan membawa lentera ia berkeliling memeriksa
para penderita sehingga ia mendapat julukan yang terkenal “THE LADY WITH THE LAMP” Untuk mengenag jasa-jasanya, pada konggres
internasional Palang Merah ke VIII di London pada tahun 1907 memutuskan untuk
menciptakan suatu penghargaan khusus yang disebut “FLORENCE NIGHTINGALE MEDAL” yang diberikan kepada perawat-perawat
Palang Merah yang telah menunjukkan pengabdian yang luar biasa, baik pada masa
perang maupun masa damai. Dari Indonesia pernah mendapat medali tersebut yang
dicapai oleh Ny. Tuapatinaya pada
tanggal 5 Maret 1975 karena jasa-jasanya. Florence
Nightingale pulalah yang mendorong Jean
Henry Dunant untuk pergi ke Solferino, Lombardia, Italia Utara.
JEAN HENRY DUNANT
adalah seorang pengusaha muda asal Swiss. Pada tanggal 24 Juni 1859 pecah
perang antara Perancis yang dipimpin Nappolean III dan tentara Sardinia dibawah
pimpinan Victor Imanuel II melawan tentara Austria yang dipimpin oleh raja
Frans Yosep I di Solferino, Lombardia, Italia Utara. Dalam pertempuran lebih
dari 9 Jam tersebut timbul ribuan korban dari kedua belah pihak. Baik yang
meninggal luka-luka maupun hilang karena ditawan. Atas dorongan Florence
Nightingale, Jean
Henry Dunant datang kemedan petempuran bergabung denga relawan yang lain
untuk memberikan petolongan dengan penuh rasa kemanusiaan tanpa membedakan
kawan ataupun lawan. Dua tahun kemudian pengalaman itu diterbitkan dalam buku
yang berjudul “UN SOUVENIR DE SOLFERINO”
yang berarti kenang-kenagan dari Solferino. Buku ini pulalah yang membuka mata
beberapa orang Swis, diantaranya Jendral
Dufaur, Hakim Meynar, dr. Appia dan dr. Mounoir. Mereka itu kemudian mendirikan
suatu komite yang disebut komite 5 yang terdiri Jean Henry Dunant, Jendral Dufaur, Hakim Meynar, dr. Appia dan dr.
Mounoir. Yang dikenal juga dengan nama Komite Jenewa.
Pada
tanggal 8 Mei 1863 mereka mengadakan koferensi internasional dimana berkumpul
wakil-wakil dari 16 negara. Disini diputuskan untuk mendirikan perhimpunan
dinegara masing-masing. Komite Jenewa kemudian diganti dengan nama Komite Internasional Palang Merah atau ICRC
( Internasional Comite of the Red Cross. Dengan demikian tanggal 8 Mei 1863
menjadi hari jadi Palang Merah sedunia. Sedangkan sebagai lambangnya adalah palang merah diatas dasar putih, kebalikan
dari warna bendera negara Swiss
sebagai tanda penghormatan dimana Palang Merah dilahirkan.
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas, Palang Merah
berpijak pada 7 prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
yaitu :
1.
Kemanusiaan
2.
Kesamaan
3.
Kenetralan
4.
Kemandirian
5.
Kesukarelaan
6.
Kesatuan
7.
Kesemestaan