SELAMAT DATANG DI WARTA DIGITAL PMI KABUPATEN JEPARA

Alamat: jalan. Jepara - Bangsri Km.3 Kuwasen komplek RSI. "Sultan Hadlirin" Jepara

Orientasi Pembina PMR Mula

Untuk meningkatkan kapasitas pembinaan PMR Mula, PMI Kabupaten Jepara gelar oriantasi pembina

PMI Kabupaten Jepara gelar acara bersih pantai dan pelatihan pertolongan pertama

sebagai wujud kepedulian tehadap lingkungan dan sesama, PMI Kabupaten Jepara gelar acara bersih pantai dan pelatihan pertolongan di pantai teluk awur jepara

PMI Kabupaten Jepara kunjungi panti rehabilitasi kusta

Memperingati HUT PMI yang ke-69 pengurus, staff, dan relawan PMI Kabupaten jepara kunjungi panti rehabilitasi kusta

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 29 April 2014

BELAJAR DARI LATIHAN KERJA PMR



PMR MTs Negeri Bawu Jepara mempunyai agenda rutin untuk praktek di Puskesmas. Dalam rangka memperingati Hari Palang Merah se Dunia, para anggota PMR mengisi kegiatan latihannya dengan praktek Pertolongan Pertama dan Perawatan Keluarga pada Kamis,24 April 2014.
Ahmad Zaki Ramadhan salah satu anggota PMR yang mengikuti kegiatan tersebut sangat senang sekali dan antusias untuk belajar dengan di bantu para perawat dan dokter di puskesmas. “Saya di sana diajari bagaimana cara melakukan pertolongan pada luka terbuka.Bahkan karena jari kakinya sobek, ukunya harus di cabut. Sebelumnya saya diminta untuk memakai sarung tangan lateks dan membantu mencuci luka tersebut dengan aquades steril”.
“Disana juga saya membantu menolong pasien yang mata nya terkena lem alteco. Saya senang sekali bisa membantu para perawat di Puskesmas.Alat yang digunakan Senter dan Sarung Tangan Lateks. Selain ikut memeriksa, saya juga diminta untuk menyiapkan obat untuk pasien pungkas Izatul.

Minggu, 27 April 2014



MENGENANG 151 TAHUN BERDIRINYA PALANG MERAH
8 MEI 1863 – 8 MEI 2014
OLEH  DANA BUDIHADI







Sepanjang sejarah keberadaan peradaban manusia, silang pendapat tidak bisa dihindari. Dari yang terkecil yang bersifat individu, sedang/kelompok, sampai yang besar yang melibatkan negara. Kalau sudah melibatkan antar bangsa, maka perang sering menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Akibatnya timbulah ribuan korban baik luka maupun meninggal dunia. Dari perang ini pulalah sejarah berdirinya Palang Merah bermula.
Mengenang berdirinya Palang Merah tidak bisa dipisahkan jasa 2 orang tokoh dunia. Mereka adalah FLORENCE NIGHTINGALE dan JEAN HENRY DUNANT.
FLORENCE NIGHTINGALE adalah putri seorang bangsawan inggris yang lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Villa La Columbaia di Florence. Sejak kecil jiwanya tertarik kepada kehidupan orang-orang miskin disekitarnya. Walupun orang tuanya kaya raya dan hidup mewah dilingkungan istana, tetapi Florence Nightingale selalu berada ditengah-tengah penderitaan masyarakatnya. Ia suka menolong kepada sesamanya. Pekerjaan perawat sangat disenanginya walaupun pada waktu itu dianggap sebagai pekerjaan yang hina. Kalangan bangsawan inggris menjadi gempar mendengar Florence Nightingale menyeburkan diri dalam lapangan pekerjaan yang dianggap hina ini. Berbagai rintangan dan hinaan dialami Florence Nightingale tetapi ia tetap memilih lapangan pekerjaan perawat yang diyakini mulya dan suci.
 tahun 1854 pecah perang crimea antara Inggris dan Perancis melawan Rusia. Banyak prajurit yang luka tidak mendapat perawatan. Bahkan banyak pula yang meninggal dunia. Diantara mereka banyak terjangkit penyakit menular , bahkan banyak yang mati akibat menahan rasa dingin dan kelaparan. Rakyat inggris diserukan untuk memberikan pertolongan. Florence Nightingale segera memenuhi panggilan tersebut. Pada tanggal 21 Oktober 1854 berangkatlah ia disertai 38 perawat pembantunya sebagai relawan kemedan pertempuran di Crimea untuk menolong prajurit yang luka dan sakit. Dalam situasi yang tegang dan penuh bahaya, Florense Nightingale mendirikan Rumah Sakit Darurat untuk menampung ribuan penderita yang luka dan sakit akibat perang.
Florence Nightingale dan kawan-kawan menenuaikan tugas berat itu dengan semangat pengabdian yang luar biasa serta pengorbanan yang mengagumkan. Semua yang mendengar tentang usahanya tersebut menaruh rasa hormat dan memberikan bantuan secara sukarela. Karena kemauan yang tinggi dan watak yang keras, walaupun dalam keadaan lelah dan sakit, ia tetap bertekad besar dan tidak kenal menyerah menyelesaikan tugas-tugasnya. Setiap malam dengan membawa lentera ia berkeliling memeriksa para penderita sehingga ia mendapat julukan yang terkenal “THE LADY WITH THE LAMP” Untuk mengenag jasa-jasanya, pada konggres internasional Palang Merah ke VIII di London pada tahun 1907 memutuskan untuk menciptakan suatu penghargaan khusus yang disebut “FLORENCE NIGHTINGALE MEDAL” yang diberikan kepada perawat-perawat Palang Merah yang telah menunjukkan pengabdian yang luar biasa, baik pada masa perang maupun masa damai. Dari Indonesia pernah mendapat medali tersebut yang dicapai oleh Ny. Tuapatinaya pada tanggal 5 Maret 1975 karena jasa-jasanya. Florence Nightingale pulalah yang mendorong Jean Henry Dunant untuk pergi ke Solferino, Lombardia, Italia Utara.

JEAN HENRY DUNANT adalah seorang pengusaha muda asal Swiss. Pada tanggal 24 Juni 1859 pecah perang antara Perancis yang dipimpin Nappolean III dan tentara Sardinia dibawah pimpinan Victor Imanuel II melawan tentara Austria yang dipimpin oleh raja Frans Yosep I di Solferino, Lombardia, Italia Utara. Dalam pertempuran lebih dari 9 Jam tersebut timbul ribuan korban dari kedua belah pihak. Baik yang meninggal luka-luka maupun hilang karena ditawan. Atas dorongan Florence Nightingale, Jean Henry Dunant datang kemedan petempuran bergabung denga relawan yang lain untuk memberikan petolongan dengan penuh rasa kemanusiaan tanpa membedakan kawan ataupun lawan. Dua tahun kemudian pengalaman itu diterbitkan dalam buku yang berjudul “UN SOUVENIR DE SOLFERINO” yang berarti kenang-kenagan dari Solferino. Buku ini pulalah yang membuka mata beberapa orang Swis, diantaranya Jendral Dufaur, Hakim Meynar, dr. Appia dan dr. Mounoir. Mereka itu kemudian mendirikan suatu komite yang disebut komite 5 yang terdiri Jean Henry Dunant, Jendral Dufaur, Hakim Meynar, dr. Appia dan dr. Mounoir. Yang dikenal juga dengan nama Komite Jenewa.
Pada tanggal 8 Mei 1863 mereka mengadakan koferensi internasional dimana berkumpul wakil-wakil dari 16 negara. Disini diputuskan untuk mendirikan perhimpunan dinegara masing-masing. Komite Jenewa kemudian diganti dengan nama Komite Internasional Palang Merah atau ICRC ( Internasional Comite of the Red Cross. Dengan demikian tanggal 8 Mei 1863 menjadi hari jadi Palang Merah sedunia. Sedangkan sebagai lambangnya adalah palang merah diatas dasar putih, kebalikan dari warna bendera negara Swiss sebagai tanda penghormatan dimana Palang Merah dilahirkan.
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas, Palang Merah berpijak pada 7 prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yaitu :
1.    Kemanusiaan
2.    Kesamaan
3.    Kenetralan
4.    Kemandirian
5.    Kesukarelaan
6.    Kesatuan
7.    Kesemestaan


Jumat, 11 April 2014

PMI KABUPATEN JEPARA ADAKAN DIKSAR KSR




Untuk melaksanakan siklus pembinaan relawan dan meningkatkan kapasitas dan ketrampilan , PMI Kabupaten Jepara menyelenggarakan Pendidikan Dasar bagi Calon Anggota Korp Sukarela (KSR) di Aula PMI Kabupaten Jepara, Buper Pakis Aji dan Pantai Bandengan pada 29-31 Maret 2014.
Dengan Tema “Membentuk Generasi Muda yang Sigab,Tanggab dan Memiliki Keterampilan Kedaruratan” ujar Drs.H.M.Koeroto Ketua PMI Kabupaten Jepara saat membuka kegiatan Diksar KSR yang diikuti oleh 19 Calon Anggota KSR PMI Kabupaten Jepara.
Deni Yulistyanto Ketua Panitia Diksar menyampaikan dalam kegiatan Diksar ini, peserta tidak hanya menerima materi tetapi juga praktik. Materi yang diberikan dalam kegiatan Diksar tersebut antara lain Kepalangmerahan, Manajemen Relawan, Manajemen Bencana, Assesment, Dapur Umum, Pertolongan Pertama, Perawatan Kedaruratan, RFL, Watsan, Shelter.
“Ternyata menjadi Relawan PMI itu sangat luarbiasa, selain mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat kita mendapat banyak saudara, pengalaman dan yang sangat berkesan kegiatan seperti ini baru di PMI saya dapat; bisa merasakan dan tau bagaimana kita harus bertindak saat melakukan pertolongan, bahkan membuat nasi bungkus untuk pengungsi .”pugkas dari Muidatul Khasanah salah satu peserta Diksar.(Rosi)